My Blog List

Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

Followers

Pengikut

About Me

Foto Saya
Abdullah hadi
Saya alumni SDN Pelandakan 2 Cirebon, SMPN Cirebon Selatan, Ponpes Al Hayat Baru Miftahul muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon, Darussalam Gontor, ISID Gontor, dan masih meneruskan Kuliah yang tertunda
Lihat profil lengkapku
RSS

ANAK SOLEH

Pendidikan anak dimulai dari memilih calon istri, pernikahan hingga hadirnya seorang anak dalam rumah tangga.

Anak merupakan salah satu anugerah terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Kehadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga akan menjadi generasi penerus keturunan dari orang tuanya.

Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat pernah berkata, ''Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci (fithrah, Islam). Dan, karena kedua orang tuanyalah, anak itu akan menjadi seorang yang beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.''

Penjelasan ini menegaskan bahwa sesungguhnya setiap anak yang dilahirkan itu laksana sebuah kertas putih yang polos dan bersih. Ia tidak mempunyai dosa dan kesalahan serta keburukan yang membuat kertas itu menjadi hitam. Namun, karena cara mendidik orang tuanya, karakter anak bisa berwarni-warni: berperangai buruk, tidak taat kepada kedua orang tuanya, dan tidak mau berbakti kepada Allah SWT.

Dalam Alquran atau hadis Nabi Muhammad SAW, telah diterangkan tentang tata cara mendidik anak. Di antaranya adalah harus taat dan patuh kepada kedua orang tuanya, tidak menyekutukan Allah, tidak membantah perintah-Nya, tidak berbohong, dan sebagainya. [Lihat QS 9:23, 17:23, 17:24, 29:8, 31:15, 37:102, 2:83, 4:36, 6:151, 12:99, 12:100, 17:23, 17:24, 19:14, 19:32, 29:8, 31:14, 46:15].

Apabila telah dewasa, seorang anak berkewajiban untuk memberi nafkah kepada kedua orang tuanya [2:215, 30:38], anak juga berkewajiban memberikan nasihat kepada orang tua [QS 19:42, 19:43, 19:44, 19:45], mendoakannya [QS 14:41, 17:23, 17:24, 19:47, 26:86, 31:14, 71:28], serta memelihara dan merawatnya ketika mereka sudah tua [QS 17:23, 17:24, 29:8, 31:14, 31:15, 46:15].


Pendidikan anak
Berkenaan dengan cara mendidik anak ini, Abdullah Nashih Ulwan merumuskan tata cara mendidik anak dengan baik dan benar. Sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunah Rasulullah SAW. Secara lengkap, ia menuliskannya dalam sebuah kitab yang berjudul Tarbiyah al-Awlad fi al-Islam (Pendidikan Anak Menurut Islam).

Secara umum, isi kitab ini sangat mendasar, padat, komprehensif, dan lengkap dengan petunjuk praktis dalam mendidik dan membimbing seorang anak agar menjadi anak yang saleh.

Secara lebih khusus lagi, setidaknya ada dua persoalan inti dari karya Abdullah Nashih Ulwan ini. Pertama, visinya tentang makna pendidikan. Menurut Ulwan, pendidikan bukan sekadar perlakuan tertentu yang diberikan kepada anak untuk mencapai sebuah tujuan.

Kedua, visi tentang pendidikan anak. Dalam pandangan Ulwan, setiap anak memiliki kehidupan sosial, biologis, intelektual, psikis, dan seks. Dalam kehidupan sosial, setiap anak pasti terlibat dengan berbagai pihak, seperti orang tua, guru, tema, tetangga, dan orang dewasa. Dan, anak tidak dengan sendirinya dapat berhubungan dengan berbagai pihak itu sesuai atau selaras dengan tuntunan Alquran dan sunah (Islam). Karena itulah, kata Ulwan, setiap anak memerlukan bimbingan dan nasihat agar mereka bisa berjalan dengan lurus.


Pernikahan
Dari kedua visi yang dimaksudkan Ulwan, terutama pada visi pertama mengenai pendidikan, ia memulainya dengan bab pernikahan. Tentu, ada pertanyaan besar, mengapa masalah pernikahan ditempatkan pada urutan pertama mengenai pendidikan anak dalam kitab ini?

Bagi Ulwan, pernikahan adalah awal mula terjadinya hubungan dan interaksi antara seorang suami dan istri dalam melanjutkan garis keturunan. Ulwan tidak membatasi pernikahan itu pada hubungan ragawi antara seorang pria dan wanita belaka. Ia lebih menyingkap makna pernikahan dalam rangka keberadaan atau eksistensi manusia, menyangkut kemaslahatan hidup pasangan suami istri.

Kemaslahatan hidup yang damai, indah, tenteram, dan bahagia baru bisa diwujudkan dari sebuah pernikahan. Sebab, dari pernikahan akan terjadi peningkatan tanggung jawab, baik sebagai seorang suami dan istri maupun sebagai pasangan ayah dan ibu (orang tua). Karena itulah, jelas Ulwan, sebelum menikah, seorang suami atau istri harus mencari pasangan yang berasal dari keluarga yang baik, taat beragama, kaya, dan gagah (tampan, cantik). Tujuannya agar dapat terwujud keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Sebuah pernikahan sangat berkaitan erat dengan keturunan (anak). Anak merupakan pelanjut (penerus) eksistensi sebuah keluarga. Karena itu, Islam mengajarkan pula agar sebelum menikah hendaknya dapat diketahui keluarga pasangan mempunyai keturunan yang banyak (mudah melahirkan, tidak mandul).

Abdullah Nashih Ulwan menempatkan pernikahan sebagai prasyarat untuk menyelenggarakan pendidikan anak secara Islami. Prasyarat lainnya adalah kasih sayang yang harus tercermin pada seluruh perilaku orang tua dalam berhubungan dengan anak yang sekaligus diper
sepsikan oleh anak sebagai ungkapan kasih sayang dari orang tuanya.

Sejak dini
Ulwan menambahkan, prasyarat pendidikan harus dimulai sejak dini. Ketika anak masih berada dalam kandungan, seorang ibu harus rajin mengajarkan akhlak yang positif. Selanjutnya, ketika anak telah dilahirkan ke dunia, langkah awal adalah dengan dilantunkannya kalimat tauhid (azan pada telinga kanan dan iqamat di telinga kiri). Kemudian, orang tua berkewajiban untuk memberikan nama yang baik pada anak, melakukan akikah (pemotongan hewan dan rambut anak), mengkhitankannya, dan menyekolahkannya.

Hal tersebut, kata pengarang kitab ini, merupakan manifestasi dari kepedulian orang tua terhadap anak dalam mendidiknya, yang dimulai sejak dari kandungan, saat kelahiran, hingga ia mulai beranjak dewasa. Dan, pendidikan pada anak ini harus dilakukan secara simultan dan berkesinambungan, tanpa henti.


Belajar dari Kehidupan

Menurut Abdullah Nashih Ulwan, ketika seorang anak telah lahir, mulai saat itulah pendidikan pada anak diberikan secara lebih intensif. Sebab, pendidikan yang kurang dari kedua orang tuanya dapat membuat anak terpengaruh dengan lingkungannya.

Mengutip kata-kata Dorothy Law Nolte, setiap anak akan belajar dari kehidupannya. Berikut pandangan Dorothy Law Nolte bila anak dibesarkan dengan berbagai sikap dari kehidupan.

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.



Mengembangkan Kepribadian dan Jiwa Sosial Anak

Sebagaimana dikatakan Dorothy Law Notle, seorang anak akan senantiasa belajar dari kehidupannya. Bila kehidupannya mengajarkan sesuatu yang baik, anak pun akan turut menjadi baik. Sebaliknya, bila lingkungan dan kehidupannya mengajarkan anak perbuatan buruk, sikap dan tindakan kesehariannya pun akan buruk pula.

Dalam kitab Tarbiyah al-Awlad fi Al-Islam karya Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan anak khususnya tentang kepribadian dan jiwa sosial anak sangat penting. Sebab, dari kepribadian dan jiwa sosialnya akan terbentuk karakter anak tersebut.

Dalam visinya tentang pendidikan anak, Ulwan membagi cara pendidikan anak dalam beberapa hal. Di antaranya adalah kehidupan biologis, intelektual, psikis, sosial, dan seks. Dalam kehidupan biologis, orang tua berkewajiban memerhatikan kesehatan mental dan jiwa anak. Anak berhak mendapatkan makanan, minuman, tempat tidur, pakaian, olahraga, dan kesegaran jasmani dari kedua orang tuanya.

Sementara itu, dalam kehidupan intelektual, orang tua berkewajiban memasukkan anak pada lembaga pendidikan (sekolah) yang sesuai dengan kemampuan anak. Anak memiliki akal sehat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan (ilmu). Potensi ini memberikan dorongan kepada anak untuk mengembangkan diri dan kepribadiannya.

Dari sisi kehidupan psikis, Ulwan menyoroti sifat negatif dan positif yang sering dijumpai pada anak. Sifat negatif di antaranya malu tidak pada tempatnya, takut, rendah diri, marah, hasut, iri hati, dan lain sebagainya.
Sifat negatif ini akan diimbangi oleh sifat positif, seperti rasa cinta dan kasih sayang serta keadilan.

Kehidupan sosial
Dalam kehidupan sosial, Ulwan memandang bahwa setiap anak akan terlibat dalam kehidupan pihak lain (orang tua, teman, guru, tetangga, dan masyarakat). Dan, ia sangat bergantung pada kehidupannya itu.

Dalam pandangan Ulwan, segi kehidupan sosial anak itu meliputi semangat persaudaraan, kasih sayang, toleransi, pemaaf, berpegang pada keyakinan (kebenaran), dan tanggung jawab.

Kemudian, dalam pergaulan sehari-hari, anak akan belajar kaidah kehidupan, seperti etika makan, minum, tidur, belajar, hormat pada orang tua, teman, tetangga, orang yang lebih dewasa, dan lainnya.

Yang tak kalah pentingnya dari kehidupan sosial ini adalah pendidikan seks. Menurut Ulwan, yang dimaksud pendidikan seks adalah masalah mengajarkan, memberi pengertian, dan menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan seks, naluri, dan perkawinan pada anak sejak akalnya tumbuh dan siap memahami hal-hal di atas. Hal itu diajarkan sesuai dengan tuntunan Alquran atau sunah Rasulullah SAW.

Dalam pandangan Ulwan, ada beberapa cara dalam mengajarkan pendidikan seks pada anak. Ia membagi cara pengajaran pendidikan seks pada anak dalam beberapa tingkatan.
(1) Untuk anak berusia 7-10 tahun, anak diajari tentang sopan santun dan meminta izin masuk rumah orang lain dan santun cara memandang.
(2) Pada usia 10-11 tahun, ketika anak memasuki masa pubertas, anak harus dijauhkan dari hal-hal yang dapat membangkitkan hawa nafsu dan birahinya.
(3) Pada usia 14-16 tahun, yang disebut dengan usia remaja, anak harus diajari etika bergaul dengan lawan jenis bila ia sudah matang untuk menempuh perkawinan.
(4) Setelah melewati masa remaja, yang disebut dengan masa pemuda, anak harus diajari etika menahan diri bila ia tidak mampu kawin. Rasulullah SAW mengajarkan berpuasa.
(5) Pada usia yang sudah cukup, segeralah menikahkan anak.

Bolehkah mengajarkan pendidikan seks pada anak sejak usia dini? Pertanyaan ini kerap diajukan masyarakat mengenai pendidikan seks pada anak. Mereka khawatir bila pendidikan seks diajarkan sejak dini, setiap anak akan mencoba melakukannya. Apalagi, tidak setiap saat anak berada dalam pengawasan.

Menurut Ulwan, boleh saja mengajarkan pendidikan seks pada anak sejak usia dini. Namun, harus dengan cara yang benar dan hati-hati. Menurutnya, ada pendidikan seks yang boleh diajarkan sejak dini dan ada yang tidak perlu disampaikan.
Karena itu, jelas Ulwan, dibutuhkan kehati-hatian orang tua dalam mengajarkan pendidikan seks. 

Untuk para pemuda yang ingin menpunyai anak yang sholeh, mulailah dengan memilih istri yang solehah.....
bukankah  Wanita yang solehah diperuntukkan untuk laki-laki yang soleh pula. jadilah soleh dulu baru dapat istri yang soleh

 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HUKUM BERDUSTA

Jagalah lidahmu !!!!

Hanya 3 macam dusta yang dibenarkan atau diberikan dispensasi dari hukum berdusta, seperti disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Muslim. Yakni, berdusta dalam perang demi mengelabui musuh; berdusta untuk mendamaikan antara dua orang yang bertikai; dan berdusta yang dilakukan suami atau istri agar tidak terjadi pertengkaran atau perceraian. 
  Rasulullah bersabda, "Inginkah engkau aku beri tahu tentang kepala (pokok) segala urusan, tiangnya dan puncaknya?" Aku menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Kepala segala urusan adalah Allah, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad." Rasulullah Saw. mengatakan lagi, "Inginkah engkau aku beri tahukan tentang penguat itu semua?" Aku menjawab, "Ya, wahai Nabi Allah." Maka Rasulullah saw. memegang lidahnya seraya mengatakan, "Tahanlah (peliharalah) ini (lidah) olehmu." Aku mengatakan, "Wahai Nabi Allah, akankah kita dibalas gara-gara omongan yang kita ucapkan?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ibumu telah kehilangan kamu! Tidaklah manusia dibenamkan ke dalam neraka -dimulai dengan wajah mereka atau lubang hidung mereka-melainkan buah dari lidah-lidah mereka?" (H.R. Tirmidzi, hadits hasan)

***

Kejahatan lainnya yang dilakukan lidah adalah sebagai berikut.


3. Berdusta
Berdusta atau berbohong didefinisikan oleh para ulama dengan, "Mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataanya secara sengaja, baik dalam rangka bercanda maupun serius."

Berdusta adalah dosa yang dapat menjangkiti siapa pun. Alasannya, dosa ini dapat dengan mudah dilakukan oleh siapa pun. Untuk berdusta, seseorang tidak memerlukan modal uang, tidak perlu tenaga besar, tidak perlu ilmu yang tinggi. Oleh karena itu, kita harus hati-hati dari perbuatan lidah yang satu ini.

Seorang pejabat bisa berdusta. Dustanya misalnya dengan mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan sesuatu padahal dia tidak pernah melakukannya. Akan tetapi, bukanlah termasuk dusta jika dia telah menekadkan untuk melakukan sesuatu -dan tekadnya itu dikemukakan kepada pihak lain. Namun, dalam perjalanan dia mengalami banyak hambatan untuk pelaksanaannya.

Seorang ayah atau ibu bisa berdusta kepada anaknya dengan menjanjikan akan memberikan sesuatu kepada sang anak padahal dia tidak benar-benar berniat memberinya apa pun. Misalnya, sang ayah mengatakan bahwa jika anaknya mau membantunya membereskan tempat tidur, nanti diajak berjalan-jalan ke tempat rekreasi. Padahal, dalam hatinya tidak ada sama sekali niat untuk melakukannya. Dia mengatakan hal itu semata-mata agar anaknya itu bersedia membereskan tempat tidur.

Berhati-hatilah, kawasan yang subur dengan kebohongan adalah kawasan jual beli. Tidak sedikit pedagang yang secara sengaja menyembunyikan cacat dalam dagangannya atau kualitas yang sesungguhnya demi agar pembeli tidak berpaling darinya atau demi keuntungan yang sebersar-besarnya.

Tentu saja berdusta merupakan perbuatan tercela dan mengantarkan pelakunya pada kemurkaan Allah swt. Rasulullah Saw. bersabda, "Hindarilah berdusta karena sesungguhnya berdusta itu menungarahkan kepada dosa-dosa dan dosa-dosa itu mengarahkan ke neraka. Dan, sesungguhnya seseorang berdusta (berulang-ulang) hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (H.R. Ahmad)

Rasulullah Saw. juga mengecam orang yang berkata dusta agar orang yang mendengarkannya tertawa. Beliau bersabda, "Celakalah orang yang berbicara dusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah dia. Celakalah dia." (H.R. Imam Ahmad dan dinilai hasan oleh At-tirmidzi)

Hal yang lebih busuk lagi adalah berdusta atas nama perjuangan Islam. Misalnya, seseorang yang berdusta kepada orangtuanya bahwa dia membutuhkan uang untuk mengganti barang temannya yang hilang olehnya. Padahal, sebenarnya tidak ada barang yang hilang dan tidak ada yang perlu diganti. Yang terjadi adalah dia harus menyetorkan sejumlah uang kepada pimpinan dalam kelompoknya yang diklaim dalam rangka menegakkan kebenaran. Mengapa sang anak berani berdusta? Sebabnya, doktrin yang dia terima adalah: boleh berdusta kepada siapa pun termasuk orangtuanya -yang dianggap kafir karena tidak masuk dalam kelompoknya-dalam rangka mendapatkan uang karena mereka sedang menegakkan Islam.

Logika melegalkan dosa (seperti berbohong, menipu, dan mencuri) dengan kedok memperjuangkan Islam ditolak mentah-mentah oleh Allah Swt. dengan firman-Nya,


"Katakanlah, 'Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh berbuat keji. Mengapa kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui?'" (Q.S. Al-A'raf [7]: 28)


Hanya tiga macam dusta yang dibenarkan atau diberikan dispensasi dari hukum berdusta, seperti disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Muslim. Yakni, berdusta dalam perang demi mengelabui musuh; berdusta untuk mendamaikan antara dua orang yang bertikai; dan berdusta yang dilakukan suami atau istri agar tidak terjadi pertengkaran atau perceraian.


4. Menghasut
Hal busuk lainnya yang dilakukan lidah dan dapat mengantarkan pelakunya ke dalam neraka adalah hasutan. Dalam bahasa Arab, hasutan disebut namimah. Para ulama menjelaskan, namimah adalah menyampaikan atau menyebarkan pembicaraan-yang boleh jadi benar- dalam rangka memunculkan kebencian dan permusuhan. Tentu saja karena tujuannya untuk memunculkan kebencian dan permusuhan, namimah, meskipun subtansinya riil atau benar, namun disertai dengan polesan atau rekayasa. Misalnya, ada seorang tetangga kita bernama si A yang membeli mobil baru. Tiba-tiba si B mengatakan kepada kita, "Si A sekarang punya mobil baru, lho. Dari mana coba uangnya?

Nah, kalimat terakhir "Dari mana coba uangnya" adalah polesan dan rekayasa dalam rangka menanamkan kecurigaan kepada si A sehingga kelak berbuah menjadi kebencian dan sikap memusuhinya. Itu adalah contoh dalam kasus yang "sederhana".

Dalam kasus yang lebih serius, namimah dapat pula terjadi di kancah dakwah. Kelompok atau pihak yang merasa langkah-langkah dakwahnya terkalahkan atau popularitas dirinya terlampaui oleh pihak atau kelompok lain kemudian memunculkan hasutan. Untuk memperkuat namimah itu, biasanya jurus fitnah pun dijadikan sebagai pelengkap.

Rasulullah Saw. bersabda, "Bahkan, seorang penghasut sejak di alam kubur akan mendapat siksa. Suatu hari Rasulullah Saw. melewati dua pekuburan. Saat itu, beliau mengatakan, 'Sesungguhnya kedua orang ini sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena hal besar. Yang satu penghasut dan yang satu lagi tidak suka bersuci setelah buang air kecil.'" (H.R. Bukhari Muslim)

Lihatlah hikmah dan cinta Allah kepada manusia. Allah mengharamkan namimah meskipun isinya riil karena dimaksudkan untuk merusak hati dan memunculkan permusuhan. Dan, mengampuni beberapa bentuk bohong jika dimaksudkan untuk menghadirkan cinta dan mendamaikan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WASHINGTON (Berita SuaraMedia)


Sholat Jum'at dihalaman masjid untuk menarik simpati warga AS

Islamic Center of Washington, Masjid terbesar di Washington DC, tidak hanya menjadi destinasi favorit pengunjung dan warga Muslim setempat, tapi juga bagi banyak non-Muslim yang datang untuk menimba pengetahuan tentang agama Islam.
"Kami berusaha menyebarkan pengetahuan Islam seperti yang diajarkan oleh kitab suci Al Quran, melalui kebijaksanaan dan bimbingan yang baik," ujar Imam Abdullah M. Khiuj, direktur Islamic Center, kepada IslamOnline.net.
Masjid bersejarah itu, yang berlokasi di dekat jantung kota Washington di Massachusetts Avenue, adalah destinasi bagi orang-orang non-Muslim baik yang dari Amerika maupun luar untuk ikut serta dalam tur Masjid.
"Setiap hari kami menerima sekitar 10 hingga 600 pengunjung," ujar Imam Khouj.
Beberapa dari tur itu diadakan untuk para pejabat Departemen Luar Negeri yang akan ditugaskan di dunia Muslim atau untuk para pelajar yang akan belajar di negara Muslim.
"Mereka datang ke Islamic Center dan kami memberi mereka ceramah dan seminar mengenai situasi di Timur Tengah dan apa yang akan dihadapi serta bagaimana berperilaku di sebuah negara Muslim," jelas Imam Khouj.
Islamic Center ini adalah Masjid tertua di wilayah Metropolitan Washington.
"Pembangunan Masjid ini dimulai tahun 1947 dan dibuka untuk publik tahun 1952," ujar sang imam.
Ketika dibuka, Masjid ini menjadi tempat ibadah kaum Muslim yang terbesar di wilayah Barat.
Khouj mengatakan bahwa ide pembangunan Masjid pertama kali muncul di tahun 1944, ketika tidak ada satu Masjid pun di ibukota AS ini.
"Masjid itu adalah upaya kolaboratif dari kaum Muslim di sini dan duta besar-duta besar dari negara-negara Islam," jelasnya.
"Pada saat itu mereka sedang berada di upacara pemakaman seorang duta besar Turki  di mana mereka membahas kemungkinan memiliki sebuah tempat bagi kaum Muslim untuk mempraktikkan ajaran agamanya dan itulah bagaimana Masjid ini berdri."
Islamic Center itu dikelola oleh dewan direktur  yang terdiri atas semua duta besar dari negara-negara Muslim yang dipercaya oleh AS.
Selama tur, pengelola Masjid juga memberikan informasi tentang Islam, ajarannya, dan Nabi Muhammad serta menjawab berbagai pertanyaan dari pengunjung yang penasaran.
"Banyak yang menanyakan status Yesus Kristus dalam Islam, dan saya jawab bahwa kau tidak bisa menjadi seorang Muslim sejati jika kau tidak meyakini Yesus," ujar Abbassie Koroma, koordinator kunjungan kelompok.
"Yang lainnya menanyakan jika Islam bersifat toleran dan penuh damai lalu mengapa banyak Muslim yang menjadi teroris. Saya menjawab bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan perilaku buruk individu."
Koroma berbicara setelah menyelesaikan sebuah tur untuk sekelompok pelajar dari sekolah Minggu Kristen yang mendengarkan dengan penuh seksama saat ia membahas lima rukun Islam dan apa artinya menjadi seorang Muslim.
"Kami datang ke sini karena saya ingin para murid memahami kaum Muslim dan agama mereka," ujar Tom Clumet dari sekolah Minggu itu.
Dean, salah satu murid, bergabung dengan tur itu karena sahabatnya adalah seorang Muslim dan ia ingin tahu lebih jauh tentang agama sahabatnya itu.
Ia terkesima ketika mendengar berbagai penjelasan yang diberikan.
"Informasi yang saya peroleh sangat berguna. Kini saya merasa telah tahu lebih banyak tentang Islam."
Seperti Masjid-masjid lainnya di seluruh AS, Islamic Center ini juga menawarkan berbagai jenis layanan bagi komunitas lokal.
"Tempat ini adalah pusat bagi setiap Muslim yang ada di wilayah ini," ujar Khouj.
"Kami mencoba untuk menjadi Islamic Center yang edukasional, kultural, dan sosial di samping sebagai tempat yang relijius."
Masjid tersebut memiliki sebuah perpustakaan yang sangat besar dengan berbagai buku tentang Islam serta kelas-kelas untuk pelajaran bahasa Arab, Al Quran, hukum Islam, dan subyek-subyek relijius lainnya.
"Sayangnya lahan yang tersedia tidak memungkinkan bagi kami untuk membangun sebuah sekolah di sini, namun kami berhasil membuka beberapa kelas pada hari Sabtu dan Minggu untuk murid-murid kelas enam."
Masjid ini juga terlibat dalam kehidupan sosial komunitas dan mencoba memecahkan beberapa dari persoalan yang mereka hadapi.
"Kami memberikan konseling pernikahan, kami membantu orang-orang memahami prosedur pemakaman dan penguburan, kami mencoba membantu orang-orang yang belum menikah untuk mencari pendamping hidup," ujar Imam Khouj.
"Kami membeli sebuah lahan pemakaman yang tersedia bagi kaum Muslim secara gratis, karena biaya pemakaman di AS sangat mahal."
Namun, layanan yang paling dibanggakan oleh Islamic Center ini adalah program dakwahnya.
"Kami menerima banyak orang yang masuk Islam di sini setiap bulannya," ujar Imam Khouj.
"Kami mengadakan seminar bagi para mualaf yang, demi untuk menjadi terlibat dengan agama barunya, harus memiliki pemahaman dan visi yang jelas dan tidak hanya sekedar mengikuti metode-metode tertentu."
Direktur Islamic Center ini juga menambahkan bahwa program outreach mereka telah meluas hingga ke luar Masjid.
"Kami memiliki partisipan yang membantu kami mengirimkan buku-buku ke institusi di seluruh AS, terutama di penjara-penjara di mana banyak orang yang ingin tahu tentang Islam," ujarnya.
"Dan kami menerima sejumlah surat dari para petugas penjara yang berterima kasih karena setelah masuk Islam perilaku para tahanan itu berubah dan mereka menjadi manusia yang lebih baik."
Khouj mempercayai bahwa membantu menyebarkan pesan Islam adalah peran utama dari setiap Masjid.
"Kami mengirim banyak orang ke sekolah-sekolah, organisasi, dan penjara untuk memberikan ceramah tentang Islam."
"Kami berusaha keras untuk berpegang pada agama kami dan mewakili Islam sebagaimana ia seharusnya diwakili." Semoga Allah menganugrahi para mujahid dengan kesabaran dan ketaqwaan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS